Senin, 02 Januari 2012

bela diri khas jawa barat

| Senin, 02 Januari 2012 | 0 komentar



Pencak silat merupakan seni beladiri asli Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Sementara, induk organisasi internasionalnya bernama PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa).

Ya, ternyata beladiri pencak silat tidak hanya dikenal di Indonesia, dan Asia saja, negara-negara lain yang berada di kawasan Eropa dan Amerika pun mengenal beladiri yang satu ini. Meski belum masuk ke dalam salah satu ajang beladiri yang dipertandingkan di Olimpiade, beladiri pencak silat sudah mulai dilaksanakan secara rutin, banyak event beladiri pencak silat yang digelar secara internasional, salah satu ajang terbesar beladiri pencak silat ini adalah kejuaraan dunia pencak Silat.

Melihat reputasi pencak silat yang notabene berasal dari Indonesia, penulis aga sedikit miris. bagaimana tidak, pendekar beladiri pencak silat yang berhasil menjuarai turnamen di tingkat dunia lebih banyak berasal dari negara tetangga, yakni Vietnam, Bukan Indonesia. Nah, bagi Anda yang ingin tahu bagaimana perkembangan pencak silat dari awal kemunculannya hingga saat ini, berikut penulis sajikan uraiannya.

Asal Usul Istilah Seni Beladiri Pencak Silat


Nama pencak silat dipilih pada 1948 untuk menyatukan istilah bagi berbagai aliran beladiri di Indonesia. Pencak silat merupakan gabungan dua kata yang paling umum digunakan untuk menyebut seni bela diri di tanah air. Pencak adalah istilah yang digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan istilah silat dipakai di Sumatra.

Asal kata pencak dan silat sendiri tidak begitu jelas. Ada yang berpendapat kata pencak berasal dari kata dalam bahasa Sanskerta, pancha, yang berarti lima. Pendapat lain mengatakan, kata pencak berasal dari bahasa Cina,  yang berarti mengelak atau menghindari.

Adapun, istilah silat berasal dari kata sekilat yang berarti seperti kilat atau secepat kilat. Istilah ini mungkin digunakan untuk menggambarkan kecepatan gerakan pendekar. Kata sekilat kemudian disingkat menjadi silat. Ada juga yang meyakini kata silat berasal dari kata elat yang berarti mengelabui.

Sejarah Seni Beladiri Pencak Silat


Tradisi seni beladiri pencak silat kebanyakan merupakan tradisi lisan, yang diturunkan dari mulut ke mulut. Sedikitnya catatan tertulis membuat sejarah pencak silat hanya diketahui melalui mitos dan bukti arkeologi. Bela diri pencak silat barangkali berasal dari kepiawaian suku-suku di Indonesia dalam berburu dan berperang menggunakan parang, tameng, dan tombak.

Sebuah cerita rakyat dari masa Kerajaan Sriwijaya mengisahkan, silat diciptakan seorang perempuan bernama Rama Sukana yang menyaksikan pertarungan seekor harimau dengan seekor burung besar. Dengan menggunakan jurus yang dia tiru dari gerakan perkelahian binatang yang dia lihat, Rama Sukana berhasil menghalau segeombolan lelaki mabuk yang menyerangnya.

Ada beragam cerita yang mirip di daerah-daerah lain. Di Pulau Boyan (Bawean) penemu jurus silat meniru gerakan dua monyet yang sedang bertarung. Sementara, di Jawa Barat, masyarakat suku Sunda percaya bahwa penemu jurus cimande menciptakan jurus tersebut setelah melihat perkelahian seekor monyet dan seekor harimau.

Keakuratan cerita tersebut tentu sulit dipastikan. Akan tetapi, cerita bahwa penemu jurus tersebut seorang perempuan membuktikan perempuan memiliki peran penting pada masyarakat Asia Tenggara di masa lalu.

Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai Selat Malaka, sehingga menjadi salah satu kerajaan terkuat di Asia Tenggara. Daerah kekuasaannya meliputi Sumatra, Singapura, Kalimantan Barat, Semenanjung Malaysia, dan Thailand.

Sriwijaya juga menjadi pusat bahasa dan ilmu pengetahuan, sehingga menarik cendekiawan dan agamawan dari daerah-daerah sekitar Asia Tenggara. Lebih dari seribu rahib Buddha tinggal dan belajar di Sriwijaya. Di antara mereka, ada yang berasal dari Jawa, Siam, Melayu, Cham, Khmer, dan China. Hal ini membuat silat tersebar di seluruh Kepulauan Nusantara dan kemudian bersentuhan dengan seni bela diri setempat.

Sementara Sriwijaya mendominasi wilayah pantai, Kerajaan Sanjaya (atau Mataram) dan Syailendra memerintah Jawa bagian tengah. Pencak silat berkembang di Jawa, sehingga saat ini di Jawa terdapat lebih banyak aliran dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia.

Pada abad ke-13 Sriwijaya dikalahkan orang-orang Chola dari India selatan. Selanjutnya, Kerajaan Sanjaya dan Syailendra juga mengalami kemunduran. Kemudian, muncullah Kerajaan Majapahit yang mempersatukan seluruh pulau-pulau besar di Indonesia. Dari pusatnya di Jawa Timur, kebudayaan Nusantara, termasuk pencak silat, berkembang.

Di Sumatra Barat, Ninik Datuk Suri Diraja (1097 – 1198 M) menciptakan silek atau aliran silat. Di daerah Minangkabau ini padepokan atau tempat belajar silat dinamakan sasaran silek yang biasanya dimiliki oleh hampir setiap nagari.

Di Sulawesi Selatan, orang Bugis dan Makassar dikenal sebagai pelaut, navigator, dan pendekar ulung. Oleh mereka, pencak silat kemudian digunakan untuk melawan penjajah Belanda.

Setelah kemerdekaan, pencak silat dibawa ke Eropa oleh orang-orang Indo, seperti Paatje Pheffkerkorn. Seni bela diri ini saat ini populer di Belanda, Spanyol, dan Prancis. Perguruan silat juga dapat dijumpai di Amerika Serikat.

Tingkat Kemahiran Seni Beladiri Pencak Silat


Tingkat kemahiran seni beladiri pencak silat terbagi dalam tahapan-tahapan. Berikut ini tahapan-tahapan tingkat kemahiran dalam seni beladiri pencak silat:

  1. Pemula;
  2. Menengah;
  3. Pelatih;
  4. Pendekar.

Pendekar adalah pesilat yang kemahirannya telah diakui oleh para sesepuh perguruan. Seorang pendekar berhak mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

Beladiri Pencak Silat di Dunia


Beladiri asal Indonesia ini telah berkembang pesat sejak abad ke-20. Beladiri pencak silat pun telah menjadi olah raga kompetisi di dunia di bawah penguasaan dan peraturan organisasi pencak silat seluruh dunia yang bernama Persilat (persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa atau The International Pencak Silat Federation).

Persilat sedang memperomosikan seni beladiri pencak silat di seluruh dunia untuk menjadi salah satu cabang yang dilombakan pada ajang olah raga dunia atau Olimpiade. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diziankan berpartisipasi pada kompetisi internasional. Selain Persilat, federasi pencak silat pun ada di benua Eropa.

Pada 1986, untuk pertama kalinya, seni beladiri pencak silat diselenggarakan diluar Asia, yaitu di Wina, Austria. Pada 2002, seni beladiri pencak silat diperkenalkan sebagai bagian dari program pertunjukan di Asian Games yang digelar di Busan, Korea Selatan.

Aspek dan Bentuk Beladiri Pencak Silat


Seni beladiri pencak silat memiliki 4 aspek utama, yaitu aspek mental spiritual, seni budaya, beladiri, dan olah raga.

Aspek mental spiritual dari sebi beladiri pencak silat adalah mengembangkan dan membangun kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar pencak silat zaman dulu sering melakukan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lainnya untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.

Aspek seni budaya dari beladiri pencak silat ini sangat penting karena menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat yang dipadukan dengan busana tradisional dan diiringi musik tradisional. Aspek bela diri dari pencak silat adlah kepercayaan dan ketekunan diri untuk menguasai ilmu beladiri dalam pencak silat.

Sementara itu, aspek olah raga dalam seni beladiri pencak silat sangat penting. Hal ini dikarenakan pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Aspek olah raga dalam seni beladiri pencak silat meliputi pertandingan dan dan demontrasi bentuk jurus, baik tunggal maupun grup.


benjang




Di Kabupaten Bandung, khusunya di Kecamatan Ujungberung, Cibolerang, Cibiru, Cinunuk, Cileunyi dan Rancaekek, ada sebuah seni bela diri yang disebut “Benjang”. Konon, seni bela diri benjang berawal dari kesenian terbangan yang sering dimainkan oleh para santri yang ada di pondok pesantren. Dari pondok pesantren, kesenian terbangan ini menyebar ke masyarakat sekitarnya melalui upacara tradisional, seperti: selamatan kelahiran bayi, panen padi, maulid nabi, khitanan, dan perkawinan.
Ketika sedang bermain terbangan itu, sambil bernyanyi, terkadang mereka melakukan gerakan-gerakan saling mendorong. Gerakan mendorong yang diiringi musik terbangan itu kemudian menjelma menjadi suatu kesenian baru yang dinamakan “Dogong”. Pada kesenian dogong ini, para pemainnya akan saling mendorong dengan mempergunakan alu (alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu).
Permainan dogong berkembang lagi menjadi suatu permainan saling mendesak tanpa menggunakan alat. Permainan baru ini disebut “Seredan”. Kemudian, permainan seredan berkembang lagi menjadi suatu permainan saling mendesak dengan pundak tanpa menggunakan alat maupun tangan. Permainan mendesak lawan hingga keluar arena ini disebut dengan “Adu Mundur”. Namun, karena dalam permainan ini sering terjadi pelanggaran, maka adu mundur diganti menjadi “Adu Munding”. Dalam permainan adu munding, pemain tidak lagi mendorong dengan menggunakan pundak, melainkan mendorong dengan cara membungkuk (merangkak) dan mendesak lawan dengan kepala, seperti seekor munding (kerbau) yang sedang bertarung.
Lama-kelamaan, seiring dengan makin banyaknya gerakan-gerakan atau teknik untuk menjatuhkan lawan, maka adu munding pun berkembang lagi menjadi suatu permainan yang saat ini disebut sebagai benjang. Dalam permainan benjang, semua unsur dari permainan sebelumnya (terbangan, dogong, seredan, adu mundur, dan adu munding) diramu menjadi satu. Namun, tidak semua gerakan dalam permainan sebelumnya juga dipakai dalam permainan benjang. Misalnya, gerakan atau teknik mendesak lawan dengan kepala yang dianggap cukup berbahanya, sudah jarang sekali digunakan oleh seorang pemain benjang (tukang benjang).


0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com